CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Halaman

Minggu, 09 Mei 2010

Part 2

Jocie mamainkan mulutnya dengan kesal. Pandangannya lurus ke depan. Ia duduk di atas kopornya sambil memandang Dad-nya yang sedang berjalan ke arahnya. Kemudian ia menatap pemandangan sekitarnya. Lalu menunduk pasrah seraya menghelakan nafas panjang. Terasing, batinnya.

"Jocie sayang, bisakah kau tak membuatku merasa bersalah karena mambawamu kesini," Dad memasang tampang memelas.

Jocie memutar bola mata birunya, "oh, Dad. Tolong jangan begitu. Aku hanya sedih karena aku kehilangan teman-temanku. Itu saja."

Dad-nya ingin memberikan penjelasan kepada putri semata wayangnya. Tapi Jocie menyelanya, "jadi, sebelum semuanya terlambat, bisakah aku meneruskan studiku di USA? Aku rasa aku bisa tanpa kau."

"Aku mengerti masalahmu, Nak," sahut ayahnya.

"Kalau begitu izinkan aku..."

"Tapi ini bukan pertama kalinya kau melakukan ini. Dan seharusnya kau terbiasa. Walaupun kau kesulitan, tapi kau harus mencoba mengahadapinya," ujar Dad.

Jocie hanya memainkan jarinya. "Tenanglah, Joc. Aku punya hadiah untukmu disini. Sangat spesial. Dan kau pasti akan senang dengan rumah yang ku desain disini," Dad-nya mencoba menghibur Jocie yang tampak sangat tidak terima dengan kepindahannya ini.

Tiba-tiba sebuah suara memanggil, "Dad."

Seorang cowok dengan kaus bergaris-garis hitam-merah dan celana jeans. Dad-nya langsung berbalik dan memandangi lelaki muda itu. Wajahnya langsung ceria dan tanpa basa-basi ia memeluk pemuda itu. Jocie tercekat dengan mata membelalak dan tidak sanggup bicara.

Dad? dalam hatinya bertanya.

"Sayang, ini hadiah yang tadi kujanjikan..."[]

0 komentar:

Posting Komentar