Jocie turun dari mobil yang terparkir rapi di garasi rumah baru mereka. Wow, desain yang tidak biasa. Dan ia senang dengan rumahnya ini. Ia tak henti-hentinya tersenyum. Daddynya senang melihatnya puas.
"Kau suka rumahnya kan, Joc," seru Arthur.
Jocie mengangguk pelan, matanya masih mengagumi rumah barunya.
"Rumahnya aku desain sendiri," kata Arthur. "Oh, ayolah sayang, kita masuk saja ke dalam ya," pintanya.
Arthur, Jocie dan Drew memasuki rumah itu. Arthur mrnunjukan kepada mereka kamar untuk mereka. mereka ditempatkan di lantai dua. Dan kamar yang berebelahan. Ketika Jocie memeriksa isi kamarnya itu, ternyata seluruh isi kamarnya di USA sudah dipindahkan kesini, dan tertata dengan sangat rapi. Ia begitu bahagia. Dan langsng menuju kasurnya yang empuk. Tak butuh waktu yang lama, gadis yang sebenarnya kelelahan ini langsung tertidur.[]
Jocie turun dengan segera ke lantai bawah menuju ruang makan. Mereka akan makan malam bertiga. Hal yang baru di tempat yang baru bagi Jocie. Biasanya ia hanya makan berdua dengan ayahnya. Dan kini sudah ada Drew di meja makan, sedang membaca koran dan tak menyadari kedatangan Jocie. Jocie mengambil tempat duduk di salh satu kursi.
"Hai," sapa Jocie. Tersenyum.
Ini kan saudara kembarku. Sekarang rasanya janggal, padahal dulu tidak. Aku harus mencoba mengembalikan suasana. Tekad Jocie.
"Kau sudah bangun, kau tidur cukup lama," sahut Drew seraya menurunkan koran yang menutupi wajahnya.
"Oya?" tanya Jocie, menemukan atmosfer yang baik.
"Ehm, tiga jam, cukup lama kan?" mereka tertawa bersama.
"Dimana Daddy?" tanya Jocie lagi setelah mencari-cari batang hidung ayahnya.
"Aku disini...." pekik Arthur menghampiri meja makan.
Yang mengejutkan, ditangannya terdapat seloyang pizza besar.
"Dad?" Jocie bingung.
"Aku memang memasaknya sendiri," jawab Arthur setelah mengambil posisi duduknya. "Ayo kita mulai!"
Mereka tertawa dan segera mengambil potongan pizza mereka. Tenu mereka sudah lapar sejak tadi. Ternyata pizza buatan Arthur sangat lezat.
"Wow, aku nggak pernah nyangka Daddy bisa membuat pizza," kata Drew kagum,"seenak ini," lanjutnya.
"Jangankan kau, aku saja tidak menyangka," timpal Jocie.
Keceriaan tergambar dari wajah mereka. Jocie memandang kakaknya dan daddynya. Ia tersenyum dalam hati. Mungkin aku akan menyesal jika aku tidak ikut pindah, pikirnya.[]
Rabu, 26 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Kunjungi blogku dan follow yah thanks
Posting Komentar