Oow, Jocie menggelengkan kepalanya, mungkin dia sudah tidak normal lagi.
Ia memejamkan matanya. Tangannya merasakan detak jantungnya, berusaha menyentuh hatinya yang paling dalam, apa yang sebenarnya ia rasakan? Sudah lama sekali ia hanya tinggal bersama Dadnya. Dan apakah saking kecilnya ia saat perpisahan orang tuanya, bahkan ia tidak merasakan kerinduannya terhadap Momnya?
Keseriusan Jocie untuk merasakan batinnya membuatnya tidak menyadari bahwa sang pemilik kamar sudah datang di kamar itu. Drew mengamati perilaku kembarannya. Ia tersenyum geli.
Drew mengirimkan jitakan kecil di kepala Jocie. Tuk!
"Aww" Jocie membuka matanya, dan melihat Drew sedang menjulurkan lidah ke arahnya. ia cukup salah tingkah. Pasti sangat aneh seseorang memergokinya di kamar orang lain sambil memejamkan mata seperti tadi.
"Kau numpang meditasi di kamarku?" Drew mencairkan suasana. "Kamarku memang enak sih, tenang, dan juga bersih." Lanjutnya. Diikuti cibiran Jocie. "Oh, aku tau, kau sengaja menyuruhku mencuci piring supaya bisa memasuki kamarku ya?"
"Apa? Tidak. Tadi aku kebetulan lewat sini, lalu..yaa, aku penasaran, jadi aku masuk." kata Jocie. Mata Jocie mulai berkeliling sambil menghilangkan salah tingkahnya. Dan ia melihat sebuah boneka Teddy Bear kecil di meja kecil dekat tempat tidur Drew. Teddy Bear dengan topi kecil di kepalanya.
"Kau punya Teddy?" tanyanya kepada Drew sambil memainkan pita di leher Teddy. "Dia mirip punyaku," katanya sambil tersenyum.
"Memang, itu kan sepasang, dan pasangannya itu milikmu," Drew ikut duduk di kasur itu.
Jocie mulai nyaman dengan kembarannya. Ia mengambil posisi menyandar pada sandaran kasur itu. Entah bagaimana, Jocie mulai banyak tanya dan bercerita pada kembarannya.
"Hei, Drew," panggil Jocie. "Kenapa banyak sekali hal yang kau ingat tentang aku? Dan aku melupakanmu dan.. Mom.. begitu saja?" tanya Jocie.
Drew memandang kembarannya. Gadis kecil yang dulu selalu ditangisinya kini telah tumbuh menjadi gadis cantik dan dewasa.
"Umur kita terlalu kecil saat itu. Dan, aku tak yakin kau mengerti mengapa Dad memutuskan untuk meninggalkan Mom," ucap Drew. Jocie menggeleng. Ia tidak tahu semua itu. Ia hanya menyadari ia tinggal hanya dengan Dad.
Drew tersenyum kecil, " dulu aku juga tidak mengerti. Tapi, setelah kalian pergi, akhirnya aku tahu apa permasalahannya. Dan kau tahu, Lila, adalah hasil..." Drew merasa tidak sanggup mengatakannya.
Dahi Jocie mengkerut. Ia menggeleng tak mengerti. Matanya terus memandangi Drew. Mencoba memahami apa yang dikatakan kembarannya.
"Kau tau, aku...tidak bisa..." Drew mencoba bicara kembali. Dan saat itu Jocie memahami, mana mungkin Drew ingin memberikan perkataan yang tidak baik untuk Mom.
"Jadi, kau tahu siapa ayah Lila? Apa separah itu?" Jocie bertanya dengan hati-hati.
Drew menggeleng. "Tidak. Dia belum menikah lagi hingga sekarang. Dan aku sudah menasihatinya untuk mulailah serius dengan hubungannya. Ayah Lila, mungkin aku bisa menebak siapa."
"Dulu, saat mereka berpisah, Mom tidak mau berpisah kalau salah satu dari kita tidak bersamanya, dan Dad jelas sudah tidak tahan dengan kelakuan Mom. Jadi, dia merelakan aku bersama Mom. Dan kau akan bertanya, kenapa aku? Karena aku laki-laki, dan kau perempuan, Dad khawatir kau akan mengikuti Mom. Dan selama kita berpisah, Dad selalu menemuiku sebulan sekali, sampai aku cukup besar untuk hanya berkirim surat dengannya. Sampai akhirnya ada email, chat, dan sebagainya," Drew menghentikan ceritanya.
"Aku tau, sebulan sekali, dulu, aku selalu dibawa ke rumah nenek. Dan Dad bilang ia harus pergi menemui seseorang," kenang Jocie. "Tapi kenapa aku tidak pernah diajak betemu denganmu? atau bahkan mengingatmu?"
"Sengaja, Jocie yang cantik, supaya kau gak kabur untuk bertemu denganku, haha. Daddy sengaja melakukannya, supaya kau konsentrasi pada sekolahmu, supaya kau bertahan di sekolah-sekolah barumu. Dan Dad sudah mempersiapkan pertemuan kita, pada saat yang tepat. Sekarang ini," Drew tersenyum.
Mereka tersenyum. Jocie mulai memahami. Ia menatap pemuda dihadapannya. Betapa ia kuat menjalani masa-masa sulit sejak kecil. Dan secara tidak langsung, itu juga dilakukan Drew untuk dirinya.
"Ehm, Joc, kau mau sekolah dimana?"
Jocie terdiam. Inilah yang ditakutkannya. Sekolah. Sekolah baru. Pasti akan sangat merepotkan. []
1 komentar:
Wah, ini mau dibikin novel ya?
makasih udah berkunjung ke blogspot saya... salam hangat :)
Posting Komentar